Thank You for Visiting

Welcome to My Journey. Don't forget to leave a comment after you read!
Your visit means a lot to me. Have a read!

Kamis, 09 Juni 2011

Western, Western, and Western

Teman-temanku terheran, status yang ku update dan semua tentang seluk beluk social networking dan blogging selalu didominasi dengan dua bahasa, Indonesia dan Inggris. Sepupuku kaget, ketika melihat sebuah kotak berukuran 32x21x13 cm yang isinya dipenuhi dengan koleksi DVD film hollywood. Dan aku sendiri pun bingung mengapa 1096 buah lagu dan lebih dari 2500 lagu tersimpan di memori ponsel dan harddisk komputerku, yang semuanya berasal dari negeri Paman Sam itu.
Semuanya berawal ketika sebuah lagu berjaya di masanya, ketika diriku baru masih menginjak 14 tahun. Sebuah lagu yang dipersembahkan oleh Avril Lavigne, bernama "I Will Be". Pesona musik tanah air saat itu masih melekat erat di jiwaku, yang seratus persen memenuhi memoriku. Namun seiring berjalannya waktu selera itu kian lama makin memudar terbawa arus. Pengaruh dari dunia luar yang semakin modern dan canggih pada saat ku mulai membuka mataku pada dunia, membuka segala wawasan yang tak pernah ku temukan sebelumnya. Bibi mudaku adalah seorang yang menyukai musik berirama 'asyik' yang dikenal dengan sebutan R&B, Hip Hop, atau apalah namanya. Ia juga seorang penggemar berat Linkin Park yang berjaya pada masanya dimana mereka terkenal dan meledak di pasar musik dunia.
Lain lagi dengan ayahku, dia menyatakan bahwa "aku tidak meyukai musik barat dan apapun yang serba barat". Tapi nyatanya, hanyalah bullshit. Belasan koleksi CD musik yang menghiasai box kabin selalu menemani kemana pun kami pergi. Aku ingat dulu setiap kami bepergian jarak jauh ia tak lupa untuk mendendangkan lagu-lagu Kelly Clarkson dengan irama Pop-nya dan Shania Twain dengan musik Country-nya. Tak ketinggalan musik Rock era 90an ke bawah yang kini lebih dikenal dengan sebutan Classic Rock maupun Slow Rock itu juga turut memenuhi daftar koleksi CD dalam kabin, Musisi lawas seperti Mr. Big, Bon Jovi, dan Rollingstone sudah tak asing lagi didengar.
Berbeda denga kawan-kawanku, mereka yang nampak 'lembut' dari luar namun sebenarnya memiliki selera yang 'ganas' dan sebaliknya, menjadi suatu cerminan yang dominan. Aneh, unik, namun memang itulah pada kenyataanya. Aku menyukai karya-karya mereka dengan satu alasan, berisi. Dengan jutaan makna dan beragam aliran yang berwarna.
Berlanjut pada dunia perfilm-an dunia, hollywood-lah yang selalu menjadi bagian dari hiburanku. Ini bukan karena nilai negative-nya yang rata-rata memang seperti itu (bukan berarti film diluar produksi hollywood bebas dari point negative), tapi jauh kepada apa yang kita lihat, itulah yang kita dapatkan. That's what you see, that's what you get. Kandungan ide cerita dan plot yang tak main-main, adegan dan hikmah yang tak terlupakan, dan intisari yang dapat dipetik sebagai pelajaran kehidupan. Sebagian besar dibangun berdasarkan pada kenyataan, bukan khayalan semata. 
Dan ditutup dengan bahasa, ya bahasa. Hal yang paling mendasari dimana semua ini bisa menjadi dan terjadi. Memang sejak SD 'benih-benih' kecintaanku pada pelajaran yang dianggap 'boring' dan 'membunuh' ini muncul. Aku pikir ini asyik, lebih mengasyikan dari matematika sekali pun. Namun sayangnya hal ini aku abaikan begitu masuk jenjang SMP, yang membuat 'prestige' bahasa inggriku menurun drastis, sangat disesalkan, namun apa guna. Namun pada akhirnya aku bersyukur atas 'prestige' tadi yang menjadi satu-satunya penentu sekaligus penolongku untuk lulus tahun ini. 
Aku akan selalu mencintai ini, karena dari sinilah aku bisa memetik sebuah pelajaran kehidupan yang tak terlupakan.

Selasa, 07 Juni 2011

Screamin'... Saosin !

Psychedelic, a genre from the stage 'the west' which is very phenomenal and rarely known in the community in this country, especially Indonesia. Most people regard it as a stream of the 'too hard' and do not have a meaning and a steady pounding rhythm. Therefore, this flow becomes very rarely known in the country and in his native country, I do not know.
A loud music genre than rock and beating very fast with vocal accompaniment that look a lot like Screamo Screamo genre itself. The genre is played with vocal tone rough language 'like a drunk', irregular, not lined, and of course have a very high power compared with the Rock. Very perfect when mixed with a little spice-Hardcore Screamo Rock and that will produce a Psychedelic Rock.
Is Saosin, a band from Newport Beach, which also embraces the genre and the only one of the most known and famous. They engaged the first time that I knew through her first album exploded on the world music market, though actually started already since 2003.
Through the single "You're Not Alone" from their first album "Saosin" who becomes the belle of the world, who I knew since I was 15 years. Of the songs that I vacuum of 'lovers Saosin' a few years until I can return to the bosom of music this summer.
It appears that they do not play games with their first album, super strength of this vicious melodies bring back the spirit that had been buried deeply. A fast rhythm that goes like a hot fire that split the body. Like lightning grabbing, like insects that pierce the heart. Indeed, the resulting rhythm may be said to 4x faster than the Rock though, pounding bass and drum rhythms are very fast like lightning, always give the sensation of hot and passionate music.
Nuance romance with grief and defeat tercuat also on this album, which became the only thing that differs among the others. Strong, heat, cold, cruel, is a picture that can be inferred. Somehow, once thick with the essence of the European feel of loud music, which culminated in the "You're Not Alone" as well. A nuance of the music that brings us to always energetic and rebuild what was left behind in life, packed up sadness and misery that life is not to be alone, but to love and receive love from others.
Saosin has opened my heart to the era of 'Bandung tempoe doelu' where European-style black and white shades captivate. In fact in my mind all that smells of Europe is Saosin and will return again in Saosin.
Less so, the success of the first album, "Come Close" which is a mini-album arrangements of previous albums, there are only a few songs alone.

Saosin back famous through their latest album is currently labeled "In Search Of Solid Ground". Hmm, shades of Europeans still cling apparently, only this one a little more 'friendly' than the first album. This is what I like about them salahsatunya, not only fixated on the theme of love songs that are 'nonsense'. Everything is not separated from living a more valuable lesson than anything. Very great.
Believe that more rhythmic music has true meaning. 


Official Videos